Bioplastik dari Pati kulit Singkong Sebagai Pengganti Plastik konvensional di Era Revolusi Industri 







Disusun oleh: 

Nama : Dina Arista

NIM : 09040123049

Kelompok : 2 Biokatalis 

Mentor : Berliana Dwi Mukaromah 

Prodi : Biologi 





FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL 

SURABAYA 

2023

Pada Agustus kemarin kebakaran di salah satu TPA di Surabaya merupakan suatu peristiwa besar yang menyadarkan kita akan kondisi Indonesia yang darurat samapah plastik. Penggunaan sampah plastik yang massif dikalangan masyarakat tanpa diimbangi solusi pengolahan menjadi masalah yang semakin tidak berujung. Plastik yang banyak digunakan pada saat ini adalah plastik yang terbuat dari polimer minyak bumi yang terbatas jumlahnya dan tidak dapat diperbarui. Melihat pada situasi yang ada, saat ini diperlukan adanya inovasi yang dapat menggantikan peran plastik dengan fungsi dan ketahanan yang sama namun memiliki keunggulan dapat terurai dengan mudah tanpa mencemari lingkungan dan terbuat dari bahan yang alami. Dari sini penulis ingin memaparkan sebuah Bioteknologi yang dapat menggantikan peran plastik konvensional di masa revolusi industri yaitu Bioplastik. 

Teknologi bioplastik adalah salah satu upaya yang dilakukan untuk mengurangi permasalahan sampah plastik konvensional di Indonesia. Pembuatan bioplastik ini dilakukan melalui proses fermentasi dengan bakteri atau dengan metode yang lebih sederhana yaitu mencampurkan polimer alami seperti selulosa, pati, dan poliester dengan bahan tambahan antara lain plasticizer dan kitosan. Plasticizer adalah zat aditif yang ditambahkan pada proses pembuatan plastik untuk meningkatkan fleksibilitas dan juga mengurangi kerapuhan pada plastik. (Rimadani, 2016). (Kamsiatai, dkk: 2017) juga menyebutkan bahan yang sering digunakan sebagai plasticizer adalah gliserol, gliserin, dan sorbitol. Selain itu ada juga penambahan kitosan, kitosan adalah biopolymer yang didapatkan dari limbah crustacea. Penambahan kitosan bertujuan untuk menghasilkan produk plastik biodegradabel yang tahan air (hidrofobik) atau meningkatkan sifat mekanik pati, karena bioplastik yang terbuat dari bahan pati memiliki kelemahan tidak tahan air. 

Plastik biodegradabel adalah plastik yang dapat terurai oleh mikroorganisme dan hasil akhirnya adalah air dan gas karbondioksida, setelah pemakaian dan dibuang ke lingkungan tanpa meninggalkan zat racun. Bioplastik dapat dibuat dari limbah kulit singkong, selama ini limbah kulit singkong belum dimanfaatkan secara maksimal. Dengan adanya bioteknologi kandungan pati yang cukup tinggi, yang berasal dari kulit singkong dapat dimanfaatkan menjadi film plastik biodegradasi. Selain itu, kulit singkong juga mengandung tannin, enzim peroksida, glukosa, kalsium oksalat, serat dan HCN. (Suryati, 2016)

Dalam pembuatan film plastik, bahan baku pati kulit singkong harus dikeringkan. Limbah kulit singkong dibersihkan sebanyak 100 gram sehingga dihasilkan kulit singkong yang putih dan bersih. Ditambahkan 100 ml air untuk mempermudah penghancuran. Proses penghancuran dilakukan dengan alat blender. Bubur kulit singkong yang telah didapat kemudian disaring dan dibiarkan selama 30 menit untuk mendapatkan endapan dari bubur kulit singkong tersebut. Kemudian endapan yang diperoleh ditambahkan lagi dengan air dan diendapkan kembali dengan waktu yang sama yaitu 30 menit. Endapan yang diperoleh kemudian dikeringkan didalam oven dengan suhu 70° C selama 30 menit. Setelah pati kering dari persiapan bahan baku, selanjutnya adalah pembuatn film plastik biodegradabel. Pati kulit singkong dimasukkan kedalam gelas beaker dan ditambahkan 25 ml air. Setelah diperoleh campuran pati dengan air, tambahkan 3 ml asam asetat yang berfungsi sebagai plasticizer dalam waterbath selama 30 menit. Dicetak diatas cetakan yang berbahan dasar polietilen. Kemudian dikeringkan pada suhu ruangan selama 24 jam. Film plastik tersebut diuji sifat mekanik seperti kekuatan tarik, uji biodegradasi di dalam tanah. (Zulisma, 2013)

Indonesia memiliki potensi untuk memproduksi plastik biodegradabel karena ketersedian bahan baku yang melimpah serta tersedia di alam dan dapat diperbarui. Keunggulan bioplastik yang dapat terurai oleh mikroorganisme merupakan suatu hal yang sangat diperlukan untuk mengurangi permsalahan pencemaran lingkungan. Jika dibandingkan dengan plastik konvensional, bioplastik memiliki banyak keunggulan. Namun, sampai saat ini Negara Indonesia belum sepenuhnya menerapkan teknologi bioplastik untuk menggantikan plastik konvensional. Banyak peneliti yang sudah mengkaji tantang bioteknologi ini namun hanya sampai pada skala laboratorium. Ada beberapa industri yang sudah memproduksi plastik biodegradabel, salah satunya adalah Enviplast, industri ini memproduksi plastik biodegradabel dengan berbagai macam jenis seperti kantong plastik, sarung tangan, dan apron. Bioplastik sangat diperlukan untuk kehidupan berkelanjutan, apalagi dengan adanya revolusi industri yang mengacu pada kemajuan teknologi dalam berbagai bidang tentunya akan sangat memudahkan proses produksi plastik biodegradabel ini. 

Sama halnya dengan plastik konvensional, plastik biodegradabel ini memiliki sifat yang elastis, ringan, dan ramah lingkungan. Plastik ini tidak hanya digunakan untuk pengemas namun juga bisa digunakan untuk kebutuhan lain sesuai dengan karakteristik dari plastik biodegradabel tersebut. Menurut ( Kamsiati, dkk: 2017) Menyebutkan bahwa Plastik biodegradabel yang terbuat dari pati memiliki karakteristik yang sama dengan plastik yang terbuat dari bahan dasar Low Density Polietilen (LDPE), HDPE (High Density Polietilen), dan Polypropilen (PP). Pati bukanlah penentu utama harga plastik biodegradabel, akan tetapi, proses produksi yang menggunakan teknologi dengan sekala besar serta komponen modifikasi pati dan proses yang masih memungkinkan untuk lebih di efisienkanlah yang membuat harga plastik biodegradabel jauh lebih mahal daripada plastik konvensional. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain oleh kapasitas produksi yang belum bekerja secara optimal. Perlu dikembangkannya teknologi proses dan formulasi bahan baku agar plastik biodegradabel memiliki harga yang lebih bersaing di kalangan masyarakat. Banyak pengkajian yang harus dilakukan untuk mengembangkan plastik biodegradabel ini menjadi produk unggulan. Selain itu peran dari berbagai pihak juga diperlukan dalam pengembangan ini. 

Plastik biodegradabel yang terbuat dari pati memiliki keunggulan dalam penggunaanya, ketersedian bahan baku produksi plastik biodegradabel juga banyak tersedia di Indonesia. Teknologi produksinya pun cukup sederhana dan produk yang dihasilkan tidak kalah dari plastik konvensional. Secara keseluruhan bioteknologi ini cocok dikembangkan di Indonesia dengan revolusi industri yang sudah canggih. Masih banyak penelitian tentang bioplastik yang dilakukan namun hanya sampai skala laboratorium. Diperlukan pengembangan lebih lanjut dalam proses produksi plastik biodegradabel agar menghasilkan produk yang menguntungkan secara ekonomi dan ramah lingkungan. 















Daftar Pustaka 

Elmi Kasmiati, dkk. (2017). Potensi Pengembangan Plastik Biodegradabel Berbasis Sagu dan Ubikayu di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian, 36(2), 67-76.

Rimadani Pratiwi, dkk. (2016). pemanfaatan selulosa dari limbah jerami padi (oryza sativa) sebagai bahan bioplastik. indonesian journal of pharmaceutical science and technology , 3(3), 84.

Rahayu, E. M. (2014). " Enviplast, Inovasi Kantong Ramah lingkungan". https://swa.co.id. Diakses pada: 15 September 2023

Suryati, dkk. (2016). Optimasi Proses Pembuatan Bioplastik Dari pati Limbah Kulit Singkong. Jurnal Teknologi Kimia Unimal, 5(1), 78-91.

Zulisma Anita, dkk. (2013). Pengaruh Penambahan Gliserol Terhadap Sifat Mekanik Film Plastik Biodegradasi dari Pati Kulit Singkong . jurnal teknik kimia USU , 2(2), 37-38.



Komentar

Postingan populer dari blog ini